Pemilih dari Anak Muda Capai 30 Persen

Share Article

Ketua Komisi Pemilihan Umum Husni Kamil Manik melansir jumlah pemilih dari kalangan anak-anak muda yang mencapai 30 persen. Jumlah itu mencapai lebih dari 50 juta pemilih. Namun demikian, anak-anak muda ini kebanyakan apatis dan terancam menjadi golput jika tidak didekati. Partai diharapkan menyadari potensi ini.

“Ini kelompok pemilih kritis, mungkin karena pendidikannya atau jiwa muda.
Partai-partai yang tak bisa menjelaskan pentingnya keberadaan partai politik mungkin tak akan dikenal para anak muda ini,” kata Husni.

Karena berbadapan dengan pemilih muda, para calon legislatif yang tak memiliki strategi tepat untuk mendekati anak-anak muda bisa diacuhkan mereka. KPU juga menyadari gejala itu, namun KPU tak bisa berjalan sendiri untuk membuat anak-anak muda sadar akan hak politiknya.

“Fokus kita bagaimana anak-anak muda mendapatkan informasi seluasnya tentang Pemilu sehingga tidak apatis. Tujuan ini tidak mudah dicapai karena perlu sinergi dengan berbagai pihak terutama dengan pemuda sendiri,” kata Husni.

Target langsungnya adalah bagaimana supaya pemuda tak menghindar dari kegiatan Pemilu. “Bagaimana angka 30 persen ini bisa dimanfaatkan suaranya oleh para partai politik. Mereka ini pemilih masa depan dalam kondisi terbaik, kesehatannya lebih baik, pendidikannya lebih baik, akses informasi juga lebih baik,” kata Husni.

Partai politik diharapkan juga mendekati pemilih anak-anak muda ini. “Pendidikan politik itu juga kewajiban parpol. Setelah pemilih tahu ada pemilu, mau apa lagi?” kata Husni.

Kampanye ramah lingkungan

Untuk mendekati anak-anak muda yang kritis, KPU menyarankan agar para caleg lebih menggunakan dialog dua arah daripada hanya sekadar menempel poster atau spanduk. Penggunaan alat kampanye yang serampangan, tidak rapi, dan tidak sedap dipandang mata seharusnya tak akan mendominasi penggunaan ruang publik.

Sebab, KPU telah mengeluarkan zonasi kampanye bersama. “Ide dasarnya bagaimana ada pengelolaan lebih rapi. Kami ingin pemilu ramah lingkungan.
Tidak menghasilkan limbah, tidak menyakiti mahkluk lain seperti tanaman,” kata Husni.

Karena sudah ada zona kampanye bersama, biaya kampanye akan lebih irit. Biaya untuk kampanye bisa dialihkan untuk yang lainnya, misalnya dialog interaktif dengan calon pemilih. Cara ini akan lebih efektif mendekatkan caleg dengan konstituen, apalagi dengan pemilih kritis. (Sumber: AmirSodikin.com)

Leave a Reply