Operasi Intelijen PRISM dan Rentannya Keamanan Internet

Share Article

Ketika kita sedang menikmati teknologi internet yang mulai matang,

tiba-tiba kita dikejutkan dengan proyek intelijen bernama PRISM. Tanpa

kita ketahui, data yang pernah kita unggah di berbagai situs kenamaan

yang berbasis di Amerika Serikat diduga telah diintai oleh Badan

Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat.

Pengintaian informasi besar-besaran terhadap lalu lintas percakapan

warga AS tak sebatas pada jaringan telepon. Momok yang sangat

dikhawatirkan kalangan praktisi keamanan internet akhirnya terbukti di

AS.

Melalui sistem rahasia, dengan izin pengadilan rahasia, dan dilakukan

agen rahasia, sembilan perusahaan papan atas yang merupakan penguasa

internet dunia diduga bisa diintai atau disadap NSA dan FBI. Jika ini

benar, maka inilah megaskandal dalam teknologi informasi terbesar

sepanjang sejarah yang tak bisa dimaafkan.

The Guardian dan Washington Post mengungkapkan, operasi intelijen

PRISM memberi hak kepada NSA dan FBI untuk mengakses langsung ke

server-server yang dimiliki raksasa perusahaan internet di Silicon

Valley. Kesembilan perusahaan itu adalah Microsoft, Yahoo, Google,

Facebook, PalTalk, AOL, Skype, YouTube, dan Apple.

Dua media tersebut mendapatkan dokumen materi presentasi yang dibuat

dengan PowerPoint terkait aktivitas PRISM. Washington Post mengunggah

empat contoh halaman presentasi yang berisi informasi detail siapa

saja yang terlibat dalam proyek PRISM dan data apa yang dikoleksi NSA

dan FBI.

Dokumen itu biasanya digunakan untuk mentraining para operator

intelijen. Dalam dokumen itu diklam ada pengumpulan langsung dari

server provider (internet) utama AS.

Dalam program PRISM, membolehkan para pejabat untuk mengoleksi

material berupa data personel untuk jejak pencarian, isi percakapan

email, file yang ditransfer, percakapan livechat baik teks maupun

video, foto-foto, dan dokumen yang diunggah.

Kebanyakan, perusahaan yang masuk PRISM merupakan perusahaan top yang

menggunakan teknologi cloud atau komputasi awan dan sudah digunakan

secara massal oleh para pengguna karena diawali dengan pemberian ruang

simpan gratis. Sebut saja Google Drive, iCloud untuk pengguna Apple,

dan SkyDrive untuk pengguna Microsoft, Flickr untuk Yahoo.

Kita telah terbiasa dengan mereka, bahkan telah menjadikannya teman

hidup, istri kedua atau suami kedua, bahkan suami istri boleh cerai

tapi umumnya mereka tak bisa bercerai dengan layanan “cloud” ini.

Meminjam istilah para pemikir, kita telah menyimpan sebagian memori,

baik yang rahasia maupun tidak, kepada mereka.

Tak berlebihan jika kita menyebut separuh otak kita telah tertanam di

server-server milik perusahaan Silicon Vallery. Perusahaan teknologi

informasi paling top di dunia itu memperoleh kepercayaan tinggi dari

para pelanggan berkat inovasi teknologi dan digabung dengan janji

menjaga privasi kita.

Namun, semua itu akan menjadi omong kosong karena proyek PRISM ini.

Pemerintah AS, termasuk Presiden Barack Obama, tak mambantah adanya

proyek PRISM tersebut. Obama membela metode kerja kontraterorisme NSA

demi keamanan AS.

Obama menyebut, Amerika harus memilih antara menyeimbangkan

perlindungan privasi dengan perlindungan keamanan. Komentar Obama ini

mendapat serangan dari para pembela hak-hak sipil. “Undang-Undang

Patriot tak seharusnya digunakan untuk melanggar hak-hak warga negara

yang patuh hukum,” tulis The Guardian.

Direktur Badan Intelijen Nasional AS, James Clapper, mengakui adanya

program mata-mata dan mengatakan pengintaian seperti itu telah

disetujui pengadilan dan diketahui perusahaan penyedia layanan

internet. Program telah mendapat persetujuan Undang-Undang Patriot AS

dan dioperasikan sejak 2008 pada masa George W Bush.

“Telah terbukti secara vital menjaga negara kita dan aliansi kita agar

aman. Program ini diteruskan untuk menjadi salah satu cara penting

menjaga keamanan bangsa,” kata Clapper seperti dikutip Associated

Press. Pengakuan Clapper menjadi pukulan telak bagi industri internet

AS karena privasi di bisnis internet adalah nomor satu. Namun, tetap

saja semua pihak dari penyedia layanan internet tak mengakui program

tersebut.

Co-founder Google, Larry Page, jelas membantah terlibat dalam

menyediakan akses server ke pemerintah. “Kami tak pernah ikut dalam

program pemerintah AS, atau program sejenis lainnya. Pemerintah AS tak

memiliki akses atau memiliki pintu belakang untuk menjangkau data yang

disimpan di pusat data kami. Kami tak pernah mendengar program PRISM

sebelumnya,” kata Larry.

Pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, juga membantah terlibat

atau mengetahui proyek PRISM. Menurut Zuckerberg, pemberitaan media

telah keterlaluan.

“Facebook bukan dan tidak pernah menjadi bagian dalam program manapun

dari pemerintah AS untuk memberikan akses langsung ke server kami,”

kata Zuckerberg. Kami tak pernah mendapat perintah pengadilan atas

permintaan pemerintah untuk mendapatkan data dalam jumlah besar,

seperti yang pernah diperoleh Verizon. Jika kami memperolehnya, kami

akan berjuang secara agresif,” katanya.

Kini, ketika dunia telah bangga bertransformasi dalam perkembangan

pesat teknologi internet bersama AS, Google, atau Yahoo, atau

Facebook, atau Apple, dan provider lainnya, namun saat yang sama,

dunia telah diinjak-injak oleh mereka juga. AS harus menjawab secara

terbuka atas semua yang mereka lakukan kepada kita semua.

Ternyata, selama ini kita tak kemana-mana. Teknologi internet yang

kita banggakan ternyata sama saja dengan era handy talky (HT), ketika

percakapan dengan mudah disadap pihak lain. Selamat datang kembali era

HT. Brik…brik…kontek…kontek…di sini Google memanggil, silakan

Yahoo menjawab ganti…..(Amir Sodikin)

Leave a Reply