Di zaman modern yang katanya tinggal di negeri gemah ripah loh jinawi
dengan Pancasila sebagai dasar negara, ternyata perbudakan masih saja
terjadi. Sabtu dini hari, sebuah laporan lengkap melalui Twitter yang
disuarakan dari akun @yatiindriyani seolah memecah kesunyian dini
hari.
Timeline tersebut seolah berasal dari abad gelap masa lalu yang tak
pernah terbayangkan terjadi di era media sosial ketika semua orang
dengan mudah berkomunikasi dan mengadu. Walaupun peristiwa itu terjadi
ketika seharusnya orang-orang sudah lelap, namun banyak warga
internet atau netizen yang terbangun untuk sekadar berbagi informasi.
"TL (timeline) @yatiandriyani tentang pekerja pabrik kwali ini bikin
merinding, duh Gusti, masih ada yang kek gini," kata pemilik akun
@bundabaik.
"Geram baca TL @yatiandriyani, ternyata masih ada perbudakan di
Tangerang," begitu sambar akun @nukman.
Di profile Twitter milik @yatiandriyani, tercantum bahwa Yati
Andriyani adalah salah satu pengurus dari KontraS (Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).
Di bawah ini adalah laporan langsung dari tempat kejadian yang
disampaikan oleh @yatiandriyani.
Korban mengadu ke @KontraS krn dikerjapaksakan, dipukul, disiram timah
panas,disundut rokok disebuah pabrik, disekap.
Korban sampaikan ke @KontraS sekitar 40 korban lainya, yang juga
disekap, dianiaya, dipekerjapaksakan menunggu dibebaskan.
Lurah dari Lampung lapor ke Polda Metro, desak pembebasan korban
lainya di pabrik Kwali tersebut.
Korban turut serta dengan tim Polda Metro dan Polresta Tigaraksa
gerebek pabrik kwali di Kampung Bayur Opak, Cadas, Tangerang
Di pabrik Kwali tersebut @KontraS, Tim Polda, Polresta Tigaraksa
dapatkan 28 korban yang masih remaja, berasal dari Lampung, Cianjur,
Bandung.
Saat pengerebekan @KontraS dan Tim Polisi dapatkan 5 orang dalam ruang
penyekapan yang dikunci dari luar.
Temuan @KontraS jumlah sementara korban sekitar 36 orang. Dengan
kondisi: seluruh badan seperti terbakar legam karena efek mengolah
limbah timah.
Bawah mata cenderung hitam, badan kurus, rambut kaku, luka pukulan,
luka air timah, asma, batuk, gatal-gatal, kadas, kutu air, dan
lain-lain.
Sebanyak 28 korban semuanya tidak menggunakan baju, karena setiap
orang hanya diperkenankan memiliki satu baju saja.
Temuan @KontraS kondisi tempat kerja paksa kumuh, tertutup, panas, di
dalamnya terdapat tempat mengolah timah untuk kwali.
Temuan @KontraS korban dipekerjakan tanpa dibayar, jam kerja pkl
06.00-22.00, harus mmenuhi pembuatan kwali sehari 22, jika tidak ada
bonus penganiayaan.
Temuan @KontraS pakaian, uang dan mobilephone korban diambil oleh
pelaku, korban dilarang bersosialisasi keluar tempat kerja.
Temuan @KontraS sekitar 40 korban tidur di ruangan 40×40 meter
persegi, tanpa jendela/ventilasi, 1 WC, tertutup, bau, pengap, kotor.
Temuan @KontraS makanan yang diberikan ke korban hanya berlauk sambel
dan tempe, dengan menu yang sama hampir setiap harinya.
Temuan @KontraS korban rata-rata usia 20-an tahun, 5 diantaranya
berusia dibawah 18 tahun.
Temuan @KontraS lokasi penyekapan dan pembuatan kwali berada dalam
satu komplek dengan rumah pelaku yang megah berlantai dua.
Temuan @KontraS saat pengumpulan korban, satu diantaranya hanya
gunakan handuk kecil karena baju dan celana yg satu-satunya dimiliki
sedang dijemur.
Temuan @KontraS istri pemilik pabrik menyita 22 mobilephone milik
korban dan para centeng menyita baju dan uang.
Sebanyak 28 korban ini dibawa ke Polres Tigaraksa, Tangerang untuk
dimintai kesaksian, proses BAP masih berjalan sampai sekarag.
Temuan @KontraS para korban terbiasa mandi dengan mengunakan sabun
colek, di satu WC tanpa bak mandi yang menyatu dengan ruang
penyekapan.
Saat ini di Polresta Tigaraksa para korban tidak memiliki pakaian
ganti, makanan, uang untuk bekal.
Para korban masih ketakutan dan trauma tapi bahagia karena telah
dibebaskan dari penyekapan.
Para korban membutuhkan pakaian ganti, sandal, perlengkapan mandi,
dokter dan obat-obatan.
Para korban juga membutuhkan pendampingan psikologis untuk bebas dari
rasa takut dan belajar kembali menata masa depanya.
Para korban rindu keluarga sangat di Bandung, Cianjur, Lampung tapi
mereka tak punya bekal untuk kembali ke keluarga.
Esok kami akan bicara lagi dengan korban, bantu mereka bicara benar,
bantu mereka keluar dari rasa takut, bantu mereka berani menatap masa
depan.
Mari rentangkan tangan untuk mereka. Mereka hanya anak-anak desa yang
butuh kerja demi cintanya pada keluarga.
Miskin, bodoh tak pernah mereka inginkan. Negara yang korup, pemimpin
yang baal, politisi yang tuli, terus tumbuhkan benih
ketidakmanusiawian.
Yuks rentangkan tangan bersama untuk mereka, dan semua korban di
negeri ini. Salam, selamat malam.
Itulah rangkaian laporan langsung dari lokasi kejadian yang
disampaikan @yatiandriyani. Hingga berita ini dibuat, respons di media
sosial masih terus berkembang.
Sabtu hari ini, KontraS akan menggelar konferensi pers tentang kasus
yang menyengat rasa kemanusian kita dan menampar bangsa ini. (Amir
Sodikin)