Kampanye #SaveKPK Menguji Jokowi

Share Article

Penangkapan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjojanto, oleh Polri memantik perseteruan lama KPK melawan Polri. Presiden Joko Widodo dianggap sebagai sumber persoalan yang tak segera menyelesaikan masalah.

Warga pengguna internet (netizen) mencoba menarik perhatian Jokowi dengan berbagai kampanye di media sosial. Diantaranya dengan kampanye menggunakan tagar #SaveKPK. Ada pula petisi daring yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo.

Analis media sosial Awesometrics, Yustina Tantri, di Jakarta, Sabtu (24/1), mengatakan, hanya enam jam setelah penangkapan Bambang Widjojanto, kampanye penyelamatan KPK dengan tagar #SaveKPK sudah memuncaki trending topic dunia. Hingga hari kedua, #SaveKPK masih di puncak.

“Di hari Jumat hingga pukul 18.00, ada 165.000 kali penggunaan tagar #SaveKPK. Karena itu, tak heran jika #SaveKPK terus memuncaki trending topic di Twitter,” kata Yustina. Kecepatannya mencapai 152 status bertanda tagar #SaveKPK dalam setiap menit di Twitter.

Masyarakat yang pro terhadap penyelamatan KPK, bergerak ke Kantor KPK pada dua hari berturut-turut Jumat dan Sabtu. Ajakan berkumpul ini disebarkan ribuan kali di media sosial. Tidak hanya orasi, suara mereka pun diamplifikasi di media sosial dengan mengetikkan tagar #SaveKPK.

Peristiwa ini telah menenggelamkan percakapan sebelumnya yang santer dengan dugaan pelanggaran etik oleh Ketua KPK Abraham Samad, atas tudingan politisi PDI-P Hasto Kristiyanto. Netizen menilai, kasus ini merupakan serangan balik yang dilakukan PDI-P dan Polri terhadap KPK yang telah menetapkan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai tersangka.

Yustina mengatakan, tagar #SaveKPK adalah peringatan kesekian bagi Jokowi untuk segera bersikap taktis. Beberapa hari sebelumnya, Jokowi telah diingatkan netizen dengan trendint topic terkait percakapan “Kapolri”, “Budi Gunawan”, “calon kapolri”, “Presiden”, “Jokowi”, dan “tersangka”.

Hal yang harus diwaspadai Jokowi, akun-akun yang dulu pendukung Jokowi kini sudah kritis. “Di mata gue, Jokowi sudah salah di pemilihan Jaksa Agung. Sekarang salah lagi kalau ngotot milih Budi Gunawan,” kata Pandji Pragiwaksono dengan akun @pandji pada 15 Januari.

Hari demi hari, akun-akun yang dulu berdatangan di acara dukungan Jokowi, kini mulai kritis. Aktivis media sosial, Ulin Yusron, salah satu diantara yang kritis. “Teruskan saja kepongahan oligarki partai, Jokowi bisa bernasib seperti Gus Dur yang dijatuhkan oleh pendukung yang dibantu lawan. Yang kita inginkan Jokowi menjadi diri sendiri, tidak menuruti kemauan oligarki partai yang memiliki daya rusak kepentingan rakyat,” kata pemilik akun @ulinyusron ini.

Kampanye #SaveKPK tak bisa dianggap remeh karena tampak diorganisasi terus meneruh dalam dua hari ini. Menggunakan pustaka Keyhole.co, dengan pencarian sesaat terhadap tagar #SaveKPK, menghasilkan 897 percakapan dari 749 pengguna. Jangakauan kepada netizen mencapai 2 juta akun.

Gemuruh kampanye #SaveKPK ini semakin kencang hingga Sabtu sore, mencapai 2.607 percakapan per jam menurut pustaka Topsy. Dalam satu hari, telah terekam 192.000 percakapan dengan kampanye #SaveKPK.

Gerakan serupa juga dikumandangkan melalui petisi daring yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Deputi Direktur Public Virtue Institute, John Muhammad, memulai petisi dengan alamat www.change.org/bebaskanbw pada Jumat pukul 17.13. Hanya dalam rentang dua jam, jumlah penandatangan petisi mencapai 6.000 orang.

Hingga Sabtu pukul 15.30, sudah terekam 34.381 penandatangan. “Ini bukan lagi pelemahan KPK, tapi pelumpuhan! Biar 1000 Bambang ditangkap, pemberantasan korupsi takkan tiarap,” kata John.

Dibanding kampanya #SaveKPK yang dihelat pada awal Oktober 2012 lalu, saat KPK berseteru dengan Polri. Kampanye #saveKPK waktu itu hanya dikumandangkan 27.000 kali. Kala itu, aktivis antikorupsi juga berkampanye dengan tagar #PresidenKeMana yang dikumandangkan 3.654 kali.

Namun, di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, konflik KPK-Polri waktu itu bisa diredam dengan baik. Hal yang membedakan waktu itu, netizen sangat berharap pada SBY untuk menyelesaikan persoalan. Di zaman itu, sebanyak 60.171 percakapan mengharapkan SBY turun tangan menyelesaikan perseteruan KPK vs Polri.

Kini, di zaman Jokowi, netizen menganggap Jokowi adalah bagian dari persoalan itu yang terjerembab dalam oligarki dan partitokrasi. Tampaknya, perjalanan kampanye #SaveKPK kali ini diperkirakan akan lebih panjang dibanding zaman SBY. Siapkan energi lebih untuk menagih janji Jokowi yang akan hanya tunduk pada konstitusi dan kehendak rakyat. (Amir Sodikin)

Leave a Reply