Kadin Gelar Jakarta Food Security Summit (JFSS) V 2020

Share Article
Kamar Dagang dan Industri Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia,  ensiklopedia bebas

ENDONESIA.com – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia akan segera menggelar Jakarta Food Security Summit (JFSS) V pada 18-19 November mendatang.

Hal ini dilakukan sebagai komitmen Kadin untuk menggerakkan para pemangku kepentingan untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.

Ketua Umum KADIN Indonesia Rosan P Roeslani berharap sektor pertanian, peternakan dan perikanan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Kesinambungan pertumbuhan sangat penting karena sektor yang sangat erat dengan komoditas pangan tersebut banyak menyerap tenaga kerja sekitar 29 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.

Rosan optimistis sektor pertanian, peternakan dan perikanan akan terus bertumbuh seiring dengan adanya Undang-Undang Cipta Kerja. “Seharusnya setelah UU Cipta Kerja berlaku, investasi di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan juga pangan berkembang dari hulu ke hilir,” ujarnya seraya menambahkan ketiga sektor tersebut bisa menjadi ujung tombak dan lokomotif dalam perekonomian
nasional.

Ketua Pelaksana JFSS-5 Juan Permata Adoe menjelaskan JFSS merupakan wadah lintas sektoral swasta, pemerintah, organisasi masyarakat sipil, badan internasional, akademisi dan para petani untuk menampung dan menyusun langkah terbaik guna meningkatkan produktivitas pangan nasional dan kesejahteraan petani melalui praktik pertanian yang baik dan ramah lingkungan.

Untuk JFSS-5 ini, KADIN mengangkat tema “Pemulihan Ekonomi Nasional untuk Mendukung Ketahanan Pangan & Gizi, Serta Meningkatkan Kesejahteraan Petani, Peternak, Nelayan & Industri Pengolahan.” Pertimbangannya, selain berdampak bagi kesehatan manusia, pandemi
Covid-19 telah memukul perekonomian dunia dan memicu resesi ekonomi global, tak terkecuali Indonesia.

“Dampak paling nyata dari resesi ekonomi adalah meningkatnya angka pengangguran dan
kemiskinan,” kata Juan dalam jumpa pers JFSS-5 dengan media massa nasional di Jakarta, Jumat
(13/11).

Juan, yang juga menjabat Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Pengolahan Makanan dan Industri
Peternakan, mengatakan, sebagai bagian dari upaya mendukung pemulihan ekonomi nasional, sektor
pangan bisa menjadi salah satu tumpuan.

Sektor ini tidak terdampak besar karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang selalu dibutuhkan meskipun perekonomian sedang krisis. Bahkan, dalam situasi sekarang, sektor pangan semakin strategis karena bila pangan tidak tercukupi dikhawatirkan berpotensi mengganggu stabilitas. Terlebih, Badan Pangan Dunia (FAO) sudah memperingatkan kemungkinan terjadinya krisis pangan dunia akibat Covid-19.

Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky Oesman Widjaja menambahkan pertumbuhan sektor pertanian, termasuk pangan tetap tinggi pada saat sektor lain justru sedang menurun, sehingga perlu terus dikembangkan.

Kebijakan dan kemitraan yang berpihak kepada sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan industri pengolahan yang mendukung ketahanan pangan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan, perlu terus didorong.

Hal tersebut selaras dengan hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ketahanan Pangan 2019 bahwa pangan dan pertanian bagian tidak bisa dipisahkan dalam sistem agribisnis dari hulu ke hilir. “Artinya keberadaan dan kebersamaan petani dengan pengusaha merupakan sebuah keniscayaan,” kata Franky.

Franky mengungkapkan, Presiden Joko Widodo saat membuka JFSS ke 3 (tiga) pada 2015 lalu memberi target kepada KADIN untuk memberi pendampingan kepada 1 juta petani dari sebelumnya 200 ribuan petani. Target pendampingan kepada 1 juta petani tersebut sudah berhasil diwujudkan pada awal 2020.

KADIN bersama Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) telah berhasil memberikan pendampingan kepada lebih dari 1 juta petani yang tersebar di seluruh Indonesia, kata Franky. Dengan pendampingan, petani mampu meningkatan produktivitas yang secara otomatis meningkatkan pendapatan mereka.

Mereka tidak saja petani sawit dan produk perkebunan, melainkan juga petani palawija seperti padi dan jagung. “Kami bertekad meningkatkan pendampingan menjadi dua juta petani pada 2023,” ujar Franky.

Menurut Franky, meningkatkan produktivitas para petani dan sekaligus mencapai ketahanan pangan tidaklah mudah karena ada sejumlah kendala yang harus dihadapi, seperti ketersediaan lahan, benih unggul, pupuk, pembiayaan, pemasaran, irigasi, sarana penyimpanan hasil pertanian dan sarana- prasarana lainnya, serta kelembagaan. Kendala lainnya juga, kebijakan pemerintah menyangkut bibit

Leave a Reply