Indonesia Didaulat Jadi Anggota Komisi Perikanan Wilayah Pasifik Barat dan Tengah

Share Article
Nelayan menangkap tuna sirip kuning. Foto: WWF/Jurgen Freund

WWF Indonesia mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia, yang difasilitasi oleh Direktorat Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, yang menjadi anggota Komisi Perikanan Wilayah Pasifik Barat dan Tengah (Western and Central Pacific Fisheries Commission/WCPFC).

Dengan keanggotaan ini, Indonesia telah tercatat menjadi anggota dari tiga Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional yang melingkupi perairan Indonesia, yaitu Indian Ocean Tuna Commission, Commission on Conservation of Southern Bluefin Tuna dan Western and Central Pacific Fisheries Commission.

Dr. Gellwyn Yusuf, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia mengatakan, “Dengan menjadi anggota WCPFC, Indonesia memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam pengelolaan dan pemanfaatan perikanan tuna untuk perekonomian Indonesia. Namun disisi lain, ini juga merupakan tantangan bagi Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas dan tata kelola dalam pengelolaan perikanan”.

Menurutnya, status Indonesia sebagai anggota WCPFC sangat penting, mengingat kawasan perairan Indonesia merupakan lokasi kaya nutrien dan menjadi tujuan migrasi tuna mencari makanan dan bereproduksi.

Di Indonesia, perikanan tuna merupakan produk perikanan kedua terbesar setelah udang dengan ekspor yang dijual dalam bentuk kaleng, segar dan beku ke negara Jepang, Taiwan, Singapura, Philippina, Jordania, Mesir, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

“Sebetulnya Indonesia selama ini sudah terlibat aktif dalam kegiatan di WCPFC, dengan menjadi anggota, akan semakin memperkuat keterlibatan dan kontribusi Indonesia dalam pengelolaan perikanan tuna di tingkat regional”, kata Executive Director WCPFC, Profesor Glenn Hurry.

Masuknya Indonesia dalam keanggotaan WCPFC dilakukan dalam pertemuan Dissemination Of Indonesia Membership Status in WCPFC yang diselenggarakan di Jakarta 22-24 Oktober 2013. Acara ini diikuti oleh ±50 peserta yang terdiri dari para pihak terkait pengelolaan dan pemanfaatan perikanan tuna di Indonesia yaitu diantaranya Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Luar Negeri, Badan Koordinasi Keamanan Laut, Asosiasi Tuna Indonesia, Asosiasi Tuna Longline Indonesia, Food and Agriculture Organization (FAO), WCPFC dan WWF Indonesia.

Dr Toni Ruchimat, Direktur Sumberdaya Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengatakan bahwa “Indonesia memahami pentingnya pengelolaan perikanan tuna untuk memastikan keberlanjutan stoknya. Oleh karena itu, kami telah menyiapkan rencana pengelolaan perikanan tuna yang sesuai dengan resolusi dan indikator pengelolaan dari tiga organisasi pengelolaan di tingkat regional.”

Rencana pengelolaan perikanan tuna yang dibangun ini akan digunakan sebagai payung rencana pemanfaatan, penelitian dan kerjasama. “Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna ini harus didukung oleh semua pihak,” lanjut Toni. Peran serta negara dan kerjasama dengan semua lembaga yang bekerja di perikanan tuna ini menjadi sangat penting, mengingat spesies ini bermigrasi dan dimanfaatkan tidak hanya di kawasan Indonesia, tetapi juga di kawasan Pasifik Barat.

“WWF berkomitmen untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengelolaan perikanan tuna di Indonesia melalui kerjasama dengan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan,” sambung Wawan Ridwan, Direktur Coral Triangle, WWF-Indonesia.

Dukungan di tingkat nasional ini untuk melengkapi inisiatif yang dilakukan oleh WWF dan FAO di tingkat internasional melalui pengelolaan sumberdaya dan konservasi keanekaragaman hayati pada perikanan tuna yang efisien dan berkelanjutan di kawasan diluar yurisdiksi nasional (Global Environment Facility melalui program Areas Beyond National Jurisdiction/GEF-ABNJ). (*)

Pengelolaan perikanan tuna ini penting untuk memastikan keberlanjutan sumberdaya alam dari sektor kelautan. Lembaga independen yang terdiri dari ilmuwan, lembaga non pemerintah dan industri perikanan tuna, International Sustainable Seafood Foundation (ISSF), menyebutkan bahwa stok tuna di kawasan pasifik barat yang dikelola oleh WCPFC berada dalam kondisi tangkap lebih untuk tuna mata besar (Big Eye Tuna), tangkap penuh untuk tuna sirip kuning (Yellowfin Tuna) dan pemanfaatan sedang untuk cakalang (Skipjack Tuna).

Dengan menjadi anggota komisi perikanan di WCPFC, Indonesia juga akan menerima dukungan informasi ilmiah untuk pengelolaan perikanan yang lebih baik.

Leave a Reply